Laman

Rabu, 29 September 2010

Serba Buntut Sapi Ala Ibis


Anda penggemar berat kuliner berbahan utama buntut sapi?  Coba datangi 10 Hotel Jaringan Ibis Indonesia. Pasalnya selama Oktober 2010, hotel-hotel ekonomis grup Accor ini menyediakan menu serba buntut sapi istimewa di masing-masing restorannya. Kuliner buntut sapi apa saja?

Ada lima kuliner buntut sapi yang bisa Anda nikmati sesuai selera. Kalau Anda suka makanan bercitarasa Minangkabau, Sumatera Barat, pilih saja menu Buntut Kalio.  Bumbunya kari kalio yang pedas. Kalio adalah olahan santan kental dengan cabai merah.

Kalau suka aroma rempah-rempah, Anda patut coba Sup Buntut Banjar khas Kalimantan Selatan yang memadukan buntut sapi dengan Soto Banjar yang kaya rempah-rempah.


Masih mau yang bercitrarasa rempah-rempah yang kuat, pilih saja Buntut Tuturaga khas Manado, Sulawesi Utara. Bumbunya kaya paduan bumbu kari kuning, bumbu pandan, daun jeruk dan cabai merah yang menggigit.

Pilihan lain masih berbumm rempah yang kental dan cabai yang pedas, nikmati saja Buntut Taliwang khas Lombok.

Mau yang asam-asam manis pedas, cicipi saja Buntut Garang Asam  khas Jawa Tengah  dengan resep asli tradisional Jawa yakni buntut sapi dibungkus dengan daun pisang.

Untuk menyantap masing-masing kuliner tersebut, Anda tak perlu bayar mahal. Cukup Rp 59.000 ++ per porsi Anda sudah dapat merasakan kelezatannya berikut nasih puith. Harga tersebut belum termasuk 21 % pajak pemerintah dan jasa pelayanan.

Ke-10 (sepuluh) Jaringan Hotel Ibis Indonesia yang dapat Anda kunjungi untuk menikmati ke-5 (lima) menu serba buntut di atas yakni Hotel Ibis Jakarta Kemayoran, Ibis Jakarta Mangga Dua, Ibis Slipi, Ibis Jakarta Tamarin, Hotel Arcadia Jakarta, Ibis Yogyakarta Malioboro, Ibis Surabaya Rajawali, Ibis Pekanbaru, Ibis Semarang Simpang Lima, dan Hotel Ibis Solo.

Naskah & Foto: Adji Kembara (kokirimba@yahoo.com)

Minggu, 26 September 2010

Oncom Tumis Leunca


Meski bahannya sederhana, namun lauk ini bisa membuat selera makan Anda bertambah lahap. Apalagi makannya dengan nasi putih hangat dalam udara dingin,  saat camping di lereng dan kaki gunung.

Oncom Tumis Leunca ini bahannya terdiri atas 1 sendok makan minyak, (2 siung bawang putih, 5 butir bawang merah, 3 cabai merah = boleh diulek atau diiris-iris), garam, dan bumbu penyedap secukupnya jika suka. Bahan utamannya 250 gram oncom dihancurkan kasar, 250 gram leunca ayang menjadi cirri khas masakan ini, 3 genggam daun kemangi kalau suka, dan beberapa cabai rawit hijau jika selera pedas.

Cara memasaknya juga mudah. Panaskan minyak goreng lalu tumis bumbu yang diulek atau diiris-iris sampai harum. Lalu masukkan leunca terlebih dulu, baru kemudian oncom, garam, bumbu penyedap. Masak dan aduk rata. Masukkan kemangi dan cabai rawit hijau. Aduk-aduk lalu angkat dan hidangkan.

Oncom Tumis Leunca ini lauk tambahan, bukan lauk utama (sayur, daging, ikan, dll). Fungsinya sebagai penambah selera makan seperti fungsi sambal. Bagi penikmat lauk ini, rasanya ada yang kurang lengkap bila keberadaannya tidak ada saat santap pagi ataupun siang.

Naskah & Foto: Adji Kembara (kokirimba@yahoo.com)

Pecak Jahe Tembang


Pecak atau sejenis sambal yang biasa digunaan untuk teman menyantap ikan goreng ternyata jenisnya bermacam. Ada yang bumbunya memakai santan lalu direbus dan ada yang menggunakan kunyit lalu ditumis. Tapi untuk pecak yang satu ini memakai jahe hingga menawarkan sensasi khas.

Sesuai namanya, Pecak Jahe Tembang ini tidak menggunakan santan, tidak direbus ataupun ditumis. Semua bumbunya mentah lalu diulek setelah dicuci bersih. Bumbu yang diulek (cabe merah, cabe rawit hijau, bawang merah, garam, kacang tanah yang sudah disangrai, dan jahe) sesuai jumlah ikan. Bummbu mentah berikut jahe inilah yang memberi citra rasa berbeda dengan jenis pecak lainnya. Rasanya fresh, pedas-pedas segar.

Bumbu yang sudah diulek kemudian ditempatkan terpisah. Sewaktu ingin menyantapnya, ambil bumbu tersebut dan ditempatkan di piring lain, lalu diberi air putih matang secukupnya dan dicampur dengan perasan jeruk nipis (limo). Ikan tembang yang sudah digoreng setelah dibersihkan dan dilumuri jeruk nipis, asam, dan garam ini, kemudian ditaburi pecak yang sudah dicairi air dan jeruk nipis.

Sisa bumbu yang belum diberi air putih matang dan perasan jeruk nipis, bisa disimpan di lemari es agar tahan lama, dan bisa dipakai lagi saat ingin menyantap kembali pecak tembang.

Ikan untuk pecak ini boleh apa saja. Selain tembang juga bisa ikan bawal, bandeng, gurame ataupun ikan emas. Tapi yang paling mantap ikan bawal dan tembang.

Pecak Jahe Tembang ini mudah sekali dibuat dan bahannya simple, mudah didapat. Bisa jadi lauk utama Anda, bukan saja saat berada di rumah pun saat berkemah di alam terbuka bersama keluarga ataupun rekan komunitas. Apalagi pakai jahe, bikin badan hangat.

Naskah & Foto: Adji Kembara (kokirimba@yahoo.com)


Kamis, 23 September 2010

Cawiwi, Belibis Goreng Gaya Sidrap


Overland dari Makassar ke Toraja atau sebaliknya pasti melewati Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), Sulawesi Selatan. Biasanya pengunjung bukan sekadar lewat tapi singgah di sejumlah rumah makan yang menyediakan Cawiwi, menu khas setempat berupa daging Burung Belibis yakni sejenis bebek liar yang bisa terbang yang digoreng atau pun dipanggang. Kalau di Jawa semacam Pecel Lele atau Pecel Ayam.

Di Jalan Jenderal Sudirman, Sidrap terdapat beberapa rumah makan yang menyajikan Cawiwi, salah satunya Rumah Makan Anugerah.

Di rumah makan tersebut, seporsi Cawiwi seharga Rp 15.000 terdiri atas sepotong paha atau dada daging Burung Belibis goreng ukuran kecil, sambal kacang yang tidak terlalu pedas dan  sambal cabe rawit merah yang pedas sekali, dengan lalapan berupa mentimun, kol, kacang panjang, dan wortel yang dipotong kecil-kecil. Ditambah sup bihun dalam mangkok kecil dan nasi pulen hangat dari beras khas Sidrap yang sudah terkenal. Penutupnya minuman pendingan berisi campuran gula merah, susu, dan selasih untuk meredam pedas sambal.

Ada beberpa menu lain yang dijual rumah makan milik pasangan suami istri Onding dan Andi Saidah ini. Ada Unreng yakni Burung Belibis dengan ciri ada garis putih di dekat matanya. Satu porsi lengkap Unreng ukuran lebih besar dari Cawiwi digoreng ataupun dipanggang Rp 17.000. Daging Unreng lebih enak. Selain itu ada Palakko berupa ongseng ampela, hati, leher, sayap Burung Belibis yang dipotong-potong kecil dengan bumbu bawang merah, cabe, jahe, merica, dan garam lalu diungkep. Seporsinya Rp 13.000.

Tips Perjalanan
Kalau Anda overland-nya mengunakan kendaraan pribadi, Anda leluasa mampir ke rumah makan yang menyediakan Cawiwi di kabupaten yang berjuluk Tanah Nene’ Mallomo.  Pun bila menyewa mobil travel. Tapi bila menggunakan kendaraan umum bus, Anda harus turun di jalan raya tersebut lalu makan, setelah itu naik bus lain lagi untuk melanjutkan perjalanan darat Anda.

Naskah & Foto: Adji Kembara (kokirimba@yahoo.com)

Minggu, 19 September 2010

Mie Terempa Khas Anambas

Saat berkeliling pulau di Kabupaten Kepulauan Anambas, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), sempatkan mencicipi kuliner khasnya.  Dari sekian makanan perpaduan Melayu pulau dan keturunan Tionghoa ini, Anda patut coba Mie Terempa. 


Mie Terempa salah satu makanan khas Melayu pulau  yang banyak ditemui di Kota Terempa, Kecamatan Siantan. Oleh karenanya disebut Mie Terempa atau juga Mie Siantan.

Mie goreng ini berbahan mie kuning dari tepung terigu, telur, kecambah dan tentunya potongan ikan laut yang digoreng dengan bumbu cabe, kecap, dan lainnya.  Pilihan lainnya mie tiaw (kalau di Jawa dan daerah lainnya disebut kwi tiaw) yang bahannya dari mie putih dari tepung beras, kecambah, telur dan potongan ikan yang digoreng dengan bumbu cabe, kecap dan lainnya. Biasanya dijual pada pagi sampai sore hari di sejumlah kedai kopi, warung makan sederhana, dan restoran. Harga seporsinya cuma Rp 7.000.

Anda pun patut mencoba aneka kuliner tradisional khas Anambas lainnya seperti roti goreng, bakwan goreng, lemper, nasi dagang, dan gado-gado melayu serta kopi. Biasanya dijual di kedai-kedai kopi yang banyak terdapat di Kota Terempa.

Tips perjalanan
Kota Terempa dapat ditepuh dengan pesawat dan kapal laut. Anambas baru memiliki sebuah bandara yang merupakan bandara khusus milik ConocoPhilips yang juga digunakan sebagai bandara domestik di Kecamatan Palmatak. Rute penerbangan Bandara Matak ke Bandara Raja Haji Fisabilillah (Tanjungpinang), Bandara Hang Nadim (Batam), Bandara Sultan Syarif Qasim II (Pekanbaru), dan Bandara Soekarno Hatta (Jakarta). Dari Palmatak lalu naik speedboat atau kapal bermotor ke Terempa.

Naskah & Foto: Adji Kembara (kokirimba@yahoo.com)

Sabtu, 18 September 2010

Wader, Warisan Kuliner Majapahit

Disela-sela menikmati beragam situs bersejerah di Trowulan, sempatkan menikmati kuliner khasnya yakni wader, semacam pecel lele dengan sambal tomatnya. Isinya bukan lele tapi ikan air tawar kecil-kecil yang diambil dari Segaran, kolam kuno peninggalan Kerajaan Majapahit.



Penampilan seporsi wader kelihatan sederhana. Ikan kecil-kecil yang digoreng ditempatkan dalam piring tanah liat berukuran kecil. Di bawah tumpukan wedar ada sambal tomat. Lalu ada 3 irisan mentimun, daun kemangi, dan kol putih di pinggir piring. Tapi rasa ikannya gurih dan lumayan renyah.

Sambalnya pedas-pedas asam dari cabe merah dan tomat yang digoreng lalu diulek. Harga cukup terjangkau, hanya Rp 10.000 seporsinya ditambah sepiring nasi putih.

Menu sederhana wader ini dapat Anda cicipi di sebuah Warung Raharjo yang berada di Jalan Raya Pendopo Agung, Desa Trowulan, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Letak warungnya persis di seberang Kolam Segaran, sebuah kolam peninggalan Kerajaan Majapahit yang sekaligus menjadi salah satu bukti kuat bahwa Trowulan merupakan ibukota Kerajaan Majapahit pada masa lampau.

Menu lain yang bisa dipilih ada mujaer, gurame, belut, bandeng, udang, dan ayam goreng serta bothok. Untuk minumnya ada teh panas-dingin, kopi, es kelapa muda, air mineral, dan bermacam softdrink. Namun dari sejumlah menu warung sederhana itu, yang paling banyak dicari pengunjungnya tentu saja wedar dan es kelapa muda.

Tips Perjalanan
Tak sulit mencari warung kecil tapi cukup bersih ini. Lokasinya mudah dijangkau, tepat di tepi jalan raya. Lokasinya tak jauh dari Pusat Informasi Majapahit (PIM).

Pengunjung yang datang dari luar Mojokerto seperti dari Surabaya atau kota lain,   usai berwisata ke sejumlah situs di Trowulan, biasanya meluangkan waktu mampir ke warung ini untuk menyantap wader-nya.

Kalau Anda ingin menikmati ikan-ikan kecil dari kolamnya Majapahit di warung tersebut, sebaiknya datang pagi menjelang makan siang. Maklum kalau sedang ramai pengunjung, sebelum sore wader-nya sudah habis.

Untuk oleh-oleh, Anda bisa membeli Onde-onde, penganan khas Mojekerto di Desa Sentanan, Kecamatan Magersari, Mojokerto, tepatnya di sepanjang Jalan Niaga. Harga satuan penganan yang berisi kacang ijo di dalamnya itu Rp 2.000. Anda juga bisa membelinya di Rumah Makan Melati di Kecamatan Krian, Sidoarjo sebelum kembali ke Surabaya.

Naskah & Foto: Adji Kembara (kokirimba@yahoo.com)

Ayam Tangkap dari Tanah Rencong

Saat berada di Tanah Rencong-Aceh, coba nikmati menu ayam gorengnya yang bercitra rasa dan penyajian yang beda. Kalau di tempat asalnya Aceh, menu ini diberi nama Ayam Tangkap, tapi di Jakarta diberi label Ayam Tsunami. Apa bedanya?



Ayam Tangkap khas Aceh mudah dijumpai di sejumlah rumah makan besar maupun kecil yang ada di Banda Aceh dan sejumlah daerah lain. Kendati sama-sama digoreng,  namun menu berbahan utama ayam kampung ini memiliki pengolahan dan penyajian yang berbeda dengan ayam goreng lainnya.

Menurut Ita, kasir Rumah Makan Cute Dek di Aceh Besar yang juga kerap memasak Ayam Tangkap mengatakan proses pengolahan menu Ayam Tangkap sangat sederhana.

Sebelum perempuan berjilbab ini menjelaskan lebih jauh mengenai proses masaknya, dia menjelaskan mengapa menu tersebut di Aceh dinamakan Ayam Tangkap. “Dulu sebelum memasak menu ini, orang sering menangkap ayam kampung yang dipelihara di pekarangan rumah. Setelah tertangkap ayam itu dipotong, oleh karenanya dinamakan Ayam Tangkap,” jelasnya.

Setelah dipotong-potong, lanjut Ita, daging ayam tersebut direndam dengan air kelapa ditambah garam dan ketumbar serta bumbu khas Aceh. Setelah meresap, baru kemudian digoreng samapai garing dengan  daun kari  atau daun salam koja dan daun pandan yang sudah dipotong-potong serta irisan bawang merah. Setelah masak, disajikan dalam piring ceper besar.

Menu Ayam Tangkap ini kalau di Jakarta dinamakan Ayam Tsunami. Begitu menurut Muhammad Ali Adam, pemilik Rumah Makan Aceh Baru, ssalah satu rumah makan khusus penyedia masakan Aceh di Jakarta.

Dinamakan Ayam Tsunami, lanjut Ali, karena cara menghidangkannya terlihat seperti banyak ‘sampah’nya karena banyak daunnya. Menueurt Ali, proses pengolahan Ayam Tsunami ini sama seperti pembuatan ayam goreng pada umumnya. Khusus Ayam Tsunami, ayam dipotong-potong kecil dan diberi bumbu-bumbu khas Aceh.  Kemudian ayam ‘diungkep’ atau direbus dengan air yang tidak terlalu banyak lalu diaduk dengan bumbu-bumbu khas Aceh.

Setelah didiamkan sebentar, sampai bumbunya meresap, ayam itu kemudian digoreng ke dalam wajan berisi minyak yang sudah mendidih. Setelah matang dengan ciri warnanya menjadi agak kecoklatan, lalu ditaburi dengan irsan bawang, daun pandan, daun jeruk nipis, dan daun sereh. Karenanya banyaknya dedaunan yang dimasukkan ke dalam menu ini maka dinamakan Ayam Tsunami, yakni ayam goreng kecil-kecil yang penuh sampah seperti terlihat dulu saat Aceh diterjang tsunami.

Tips Perjalanan 
Kalau Anda ingin mencicipi Ayam Tangkap di Aceh, datang aja ke Rumah Makan Cut Dek di Jalan Banda Aceh-Lambaro Km 4 atau ke Rumah Makan Aceh Rayeuk di Jalan Soekarno-Hatta, Aceh Besar, tepatnya  di seberang  The Pade Hotel. Pilihan lain ke  di Retoran Banda Seefood di Jalan Raya Kp. Blang, Ulee Lheue, Banda Aceh. Di resto ini Anda bisa menikmati pemandangan matahari tenggelam, karena lokasinya tak jauh dari pantai.

Seporsi Ayam Tangkap di Rumah Makan Cut Dek Rp 60.000. Selain itu masih ada aneka makanan khas Tanah Rencong lainnya seperti Ikan Kayu Tumis Rp 10.000, Sambal Asam Udang Rp 10.000, Gule Kari Rp 20.000, Sate Matang Rp 15.000,  Tiram Tmis Rp 12.000, Sayur Bliu (daun Melinjo) Rp 10.000, Gule Udang Rp 12.000.

Bagi ingin menikmati Ayam Tsunami di Jakarta, Anda bisa mengunjungi Rumah Makan Aceh Baru yang menjadi langganan para pesohor dan artis ibukota. Lokasinya berada Kelapa Gading, Jakarta Utara. Seporsi kecil Ayam Tsunami di rumah makan ini Rp 30.000, jauh lebih murah.

Naskah & Foto: Adji Kembara (kokirimba@yahoo.com)

Liwetan Nikmat Saat Kemping

Saat berkemah di kaki gunung berudara sejuk bersama keluarga atau rekan komunitas, rasanya kurang lengkap kalau tidak menyantap nasi liwetan ala penggiat alam bebas. Liwetan nasi  yang ditanak ini dijamin menambah kenimatan dan keakraban Anda.


Nasi liwetan atau nasi yang ditanak dengan tempat khusus menjadi salah satu menu favorit penggiat alam bebas, seperti pendaki, dan lainnya saat beraktivitas di alam terbuka. Biasanya menu ini dibuat saat kemping. Kalau saat mendaki mungkin prosesnya terlalu lama.

Alat yang digunakan panci berukuran sedang yang tebal. Beras dan bumbu berisi cabe, bawang, tomat untuk sambal dicuci bersih. Kemudian beras diisi air lalu ditanak dan diberi garam sedikit. kalau suka ikan teri kecil ataupun ikan peda, masukan saja.

Api yag digunakan lebih baik api kayu, baik ditungku atau dibuat sendiri dari kayu bakar atau bambu. Selain khas, rasa dan aromanya juga beda dibanding ditanak dengan kompor minyak atau gas.
Bumbu sambal dtanak juga di atas nasi. Setelah masak, bumbu diangkat lalu diulek menjadi sambal. Lauk liwetan yang pas tentu saja ikan asin panggang. Yang dipanggang sekalian saat menanak nasi di bara api.

Setelah semua masak dan siap disantap, sediakan lembar-lembar daun pisang yang sudah dibersihkan. Tuang nasi liwetan di lembar daun. Siapkan sambal dan tentu aneka lalapan seperti daun kemangi, kol, kacang panjang, mentimun, daun salada, dan lainnya. Jangan lupa sambal dan ikan asin panggangnya.

Setelah doa, langsung santap ketika nasi liwetan masih hangat dan mengepul. Cara menyantapnya kompak tanpa sendok alias langsung pakai tangan bersih, sambil bersila,  jongkok atau duduk berjejer sepanjang daun pisang...Hmmmmm... ditanggung luarbiasa nikmat dan  tambah akrab...

Selamat mencoba ngeliwet nasi di alam terbuka.

Naskah & Foto: Adji Kembara (kokirimba@yahoo.com)